Lufri: Menyoal Perekonomian Sumut: 1 Tahun Edy Rahmayadi - Teropong SUMUT

Breaking

Teropong SUMUT

Informasi Fakta Terpercaya & Independen

BANNER 728X90

16 Agustus 2019

Lufri: Menyoal Perekonomian Sumut: 1 Tahun Edy Rahmayadi



“Kita berbuat baik, belum tentu hasil yang kita dapat itu baik, apalagi kita berbuat yang tidak baik”. Begitulah realita di Sumatera Uatara (Sumut) yang terkenal dengan provinsi CPO dan agraris. Setahun ini saya memperhatikan terus perjalanan roda ekonomi sumut ini. Hasil yang saya lihat dari badan pusat statistic (BPS) ternyata pertumbuhan ekonomi di sumut mencapai 5.25 persen. Namun, yang menjadi perhatian, mengapa tingkat kemiskinan juga bertambah?

Selain itu tingkat inflasi mencapai 5.87 persen dibarengi naiknyaharga komoditas seperti cabai merah, cabai rawit, bawang putih, telur dan daging ayam. Bahkan angka itu diatas inflasi nasional. Penulis sangat prihatin melihat keadaan sekarang. Mohon maaf, saya tidak benci dengan Bapak Edy Rahmayadi sebagai orang nomor satu di Sumut ini, namun, menjadi kewajiban saya untuk mengkritisi keadaan yang ada karena saya aktivis pemuda muhammadiya, yang berkewajiban untuk memperhatikan perekonomian daerah saya.

Perang Dagang
Secara makro, Indonesia juga merasakan dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China, dampak dari perang dagang itu juga berimbas kepada provinsi sumut. Terutama berdampak pada kinerja ekspor CPO. Maka saya berkesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi sumut ini negatif!
Perang dagang Uni Eropa (UE) AS vs China, AS vs Korea, AS vs Turki, tidak menutup kemungkinan As akan berhadapan dengan Indonesia. Sumut sangat terasa dampak kontraksi dari perang dagang tersebut. terutama kinerja ekspor. Apalagi komoditas Sumut, seperti hasil sawit 60 persen itu dibagi ke pusat dan sumut hanya mendapat 40 persen dari hasil itu. Kita hanya mengandalkan cpo dan sekarang dampaknya sangat terasa. belum lagi ditambah inflasi yang volumenya meningkat setiap kwartal. Maka kedepan ekonomi kita akan stagnan, tidak dapat untung, malah menambah modal lagi.
PAD
Sejauh ini, saya menilai pemerintah melalui gubernur, belum berani menangani Pendapatan Asli Daerah (PAD) apalagi meningkatkannya. Contohnya saja pendapatan parkir kendaraan motor dan mobi. Pendapatan parkir kendaraan sejauh ini masih dikuasai oleh para ketua-ketua tertentu. Pantas saja kota medan disebut “Negeri Para Ketua”. Dan uang parkir hanya di putaran tangan para ormas-ormas tertentu. Selain itu, Pemerintah belum mamapu menangani pajak kendaraan. PAD terbesar kita masih bergantung dari pajak kendaraan, lantas jika tidak maksimal maka akan terjadi lagi pemutihan pajak dan itu belum tentu semua ikut pemutihan.
Kita warga Sumut mengalami masalah yang sangat serius, karena, sejauh ini belum ada solusi yang bisa diberikan untuk mengatasi permasalahan ekonomi di sumut ini. Karena sejauh ini kita lalai dengan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) saja tanpa perduli meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Perlu di contoh Negara lain, seperti singapura, singapur Negara aspal, tetapi mereka mampu “menguasai” SDA Negara luar.

Politik Anggaran
1 tahun kepemimpinan gubernur Sumut ini, belum menunjukkan bukti kreatifitas yang bisa di nikmati oleh masyarakat. Dan penulis pesimis akan 4 tahun yang akan datang ini, karena melihat dari jumlah besarnya anggaran daerah 15 terliun per tahun, namun, untuk di fungsikan ke sektor ekonomi hanya 6.2 persen. Sedangkan untuk kesaktariatan kantor gubernur, DPRD, lembaga-lembaga administrasi sebesar 54 persen. besarnya 54 persen itu lah yang menentukan kaum elit politik. Seolah, anggaran itu seperti bagi-bagi kue yang di perebutkan elit politik di meja makan.
Bagaimana mungkin pertumbuhan ekonomi ini positif dan sesuai lajurnya inflasi dan volume ekspor, sedangkan anggaran 15 terliun hanya 6.2 persen. Tentu UKM, dan industri kreatif dan starup tidak terbantu dengan anggaran itu karena tidak cukup.
Penulis menyimpulkan, pertumbuhan ekonomi sumut di angka 5.25 persen itu negatif. Dan masyarakat Sumut butuh solusi kreatif dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini semua. Ingat, pemimpin itu contributor, eksekutor dan motivator. bukan curhat, Bukan marah-mara apalagi mengajak berkelahi aktivis. Keberanian anda sekarang berbeda tempatnya, sekarang keberanian anda akan di uji dengan beban dan tanggung jawab yang mampu menangkis resiko kebijankan dan kemiskinan.

Penulis Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMSU. Juga merupakan Sekretaris Ekonomi Dan Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sumatera Utara (PWPM SU)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejak April 2019 | Teropong SUMUT