Tito: Disertasi Irjen Boy Rafli Amar Tidak Ada Menghasilkan Teori Baru - Teropong SUMUT

Breaking

Teropong SUMUT

Informasi Fakta Terpercaya & Independen

BANNER 728X90

17 Agustus 2019

Tito: Disertasi Irjen Boy Rafli Amar Tidak Ada Menghasilkan Teori Baru


Teropongsumut.com,Jakarta-Pada hari Rabu, 14 Agustus 2019, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyodorkan beberapa pertanyaan yang rinci saat ketika menjadi tim tamu untuk menguji sidang doktoral Wakil Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Wakalemdiklat) Polri, Inspektur Jendral Boy Rafli Amar, di Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang.

Tito terus memberikan pertanyaan serius kepada anak buahnya itu dari mulai masalah metode penelitian, fokus penelitian, hingga masalah sistem demokrasi yang dianut Indonesia saat ini. Disertasi Boy itu berjudul Integrasi Manajemen Media Dalam Strategi Humas Polri Sebagai Aktualisasi Promoter.

Tito berpendapat, Boy tidak fokus saat menyinggung permasalahan inti dalam penelitiannya itu. Sehingga, fokus penelitian cenderung melebar dan tidak tepat sasaran pada intinya. Padahal, kata dia, perumusan masalah merupakan jantung dari sebuah penelitian.

"Disertasi ini berisi dua hal itu, di samping harus menuruti norma-norma keakademikan yang kedua ada substansi, yakni tema masalah," kata Tito yang juga guru besar kajian terorisme Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). "Setelah saya membaca tidak ada hipotesis dalam tulisan ini."

Menurut Tito, perumusan masalah dalam penelitian akan mempengaruhi bagaimana penulis menentukan referensi kerangka teoritis. Selain itu juga menentukan metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data penelitian.

Namun, Tito menilai masalah penelitian yang diusung Boy terlalu banyak sehingga tidak bisa fokus pada topik penelitian. "Saya menganjurkan problem cukup satu. Di sini problemnya disebutkan dalam fokus penelitian ada empat problem dan ini terlalu banyak sehingga bisa melebar," kata Tito.
Kemudian, Tito pun mengkritik ihwal tidak adanya hipotesis atau jawaban sementara yang masih bersifat praduga terhadap masalah penelitian yang menjadi fokus kajian. "Tidak ada hipotesis dalam tulisan ini," ujar Tito.

Tito pun menilai disertasi yang ditulis mantan Kadiv Humas Mabes Polri itu tidak mampu menghasilkan teori baru. Padahal, kata dia, syarat disertasi itu adalah menemukan teori baru, atau minimal menemukan varian teori yang sudah ada, atau bisa juga membantah teori yang sudah ada sebelumnya.
"Kami lihat di bagian akhir yang muncul adalah saran praktis, tapi tidak ketemu tentang hal yang sangat spesifik untuk seorang doktor. Paper disertasi S3 usianya sudah ada tahap S1 atau S2, yaitu harus sudah menemukan teori baru," ucapnya.

Boy menjawab beberapa pertanyaan yang disodorkan Tito dalam sidang itu. Menurut Boy, penelitian yang dilakukannya masih memiliki banyak kekurangan. Karena itu kritik yang dilontarkan Tito bisa menjadi pembuka bagi penelitian lanjutan terkait manajemen komunikasi di institusi Polri.

"Dalam hal ini kami sudah menyampaikan proses penelitian kami menggunakan metode kualitatif, pokok persoalan sesuai yang kami terima berdasarkan prinsip penelitian kualitatif yang telah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Apa yang Profesor (Tito) sampaikan saya anggap sebagai feed back," kata Boy.

Artikel ini telah tayang di Tempo.co pada Hari/Tanggal: Kamis, 15 Agustus 2019 dengan judul Ketika Kapolri Tito Kuliti Habis Disertasi Irjen Boy Rafli Amar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejak April 2019 | Teropong SUMUT