Memaknai kemerdekaan bukan sekedar
simbolis dan life service saja, tentunya kita harus mengetahui sejarah,
bagaimana para pejuang pahlawan Negara ini mempertahankan benteng kemerdekaan
sampai sekarang ini masih kita nikmati. Secara nasional, kita memang sudah
terlepas dari penjajahan yang sifatnya membunuh, baku hantam, bom, geranat dan
peluru panas. Namun, secara tersembunyi, kita kita masih terjajah oleh
kebodohan yang mengakar sampai tua.
Nepotisme,
koeupsi, kolusi dan penyalah gunaan wewenang, itu merupakan kebodohan yang
permanen dari dini. Dengan kebodohan itulah sangat berdampak pada generasi
pendidikan kita. Betapa banyaknya anak-anak yang keluyuran di jalan tanpa
dampingan orang tua, anak-anak mengemis di jalan, yang di atur oleh
oknum-oknum, berapa banyak jumlah anak yang bekerja bangunan, pengaruk parit,
pembajak sawah, dan kuli pengangkut komoditas di pasar tradisional, dan itu
semua usianya dibawah umur tanpa pendidikan yang maksimal. Baik pendidikan
agama, dunia.
Banyaknya
kesenjangan yang terjadi di tengah masyarakat kita ini, terkhusus di aspek
pendidikan. Kita ketahui bahwa, pendidikan merupakan hal yang krusial untuk
solusi kelambatan membangun peradaban yang baru. Intinya, pendidikan ahlak.
Di era
globalisasi yang ditandai dengan pesatnya laju ilmu pengetahuan dan teknologi
berimplikasi pada memudarnya dimensi kekuatan kritis dari rasio ketertundukan
pada fakta-fakta empirik dan bergesernya tatanan moral dari pemenuhan dorongan
hedonistik. Kewajiban kaum intelektual dalam kondisi kontemporer yang tengah
berada dalam ketidakamanan ontologis adalah mencari konfigurasi nilai-nilai
yang disatu pihak menjamin kelangsungan kepribadian bangsa dan pada pihak yang
lain relevan dan mampu berbicara dengan situasi dan kondisi masyarakat yang
baru dan sedang beralih terus menerus.
Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pemikiran al-Ghazâlî dan Ibnu Maskawaîh tentang konsep
pendidikan akhlak, persamaan dan perbedaan komponen pendidikan akhlak, dan
relevansi pendidikan akhlak menurut keduanya dengan pendidikan karakter di Indonesia.
Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa perpaduan
antara nilai-nilai akhlak sufistik al-Ghazali dan nilai-nilai akhlak rasional
Ibnu Maskawaih akan meningkatkan kemampuan bangsa untuk melihat pembangunan itu
dalam perspektif trancendental, melihat akhlak sebagai sumber motivasi
pembangunan dan untuk ikut serta dalam menyelami ilmu pengetahuan modern masa
kini. Dengan demikian, dapat ditingkatkan kemampuan untuk mengintegrasikan akal
dan akhlak dalam menghadapi masalah-masalah pembangunan dan meningkat-kan
kemampuan bangsa dalam menjalani moral reassoning.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode analisis ini. Jenis datanya dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian adalah studi kepustakaan. Pada akhirnya dalam
proses analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian ini,
dapat diperoleh kesimpulan bahwa (1) pendidikan akhlak al-Ghazali dan Maskawaih,
didasarkan pada konsepnya tentang manusia. Keduanya mendefinisikan tujuan
pendidikan akhlak untuk terwujudnya pribadi susila yang lahir dari
perilaku-perilaku luhur atau budi pekerti mulia secara spontan untuk memperoleh
al-Sa’adah. Kesempurnaan manusia sangat erat kaitannya dengan keutamaan. Untuk
menentukan keutamaan tersebut keduanya menggunakan doktrin jalan tengah, (2)
pendidikan akhlak dapat memenuhi fungsi yang sangat penting dalam perkembangan
sosial di Indonesia, apabila: (a) berusaha untuk memupuk motivasi yang kuat
dengan cara memahami kenyataan-kenyataan sosial yang terdapat di masyarakat,
(b) berusaha untuk merangsang peserta didik untuk mengamalkan iman mereka, dan
(3) pendidikan karakter dan pendidikan akhlak semakna dan sejalan, yakni suatu
usaha sadar untuk membantu individu mempunyai kehendak untuk berbuat sesuai
dengan nilai dan norma serta membiasakan perbuatan tersebut dalam kehidupannya.
Penutup
Pendidikan ahlak merupakan konsep
terpenting untuk menguasai ilmu pengetahuan umum semuanya, karena dengan
berahlak, akan menghasilkan konsentrasi dan focus pada disiplin ilmu. Di hari
kemerdekaan Indonesia ke 74 ini, menjadi moment
terpenting bangsa ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak
bangsa.
Penulis Dosen
pendidikan Bahasa Inggris UMSU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar